Laki-laki itu bernama lucas.
Seorang pria yang selama kurang dari 3 tahun menghiasi kehidupan Karma. Ya,
mereka dulu adalah sepasang kekasih. Tak ada yang aneh waktu itu, Lucas bilang,
mau ke luar kota untuk kerjaan kantor. Paling lama seminggu. Dan mereka pun
berpisah di bandara. Untuk pertama kalinya Karma melepas Lucas sendirian pergi.
Biasanya dia selalu menemani Lucas kemana pun dia pergi, namun kala itu, Lucas
bilang ingin pergi sendiri. Karma berat melepas Lucas, namun akhirnya dia
mengerti juga. Less is more, sometime, begitu
pikir Karma.
Seminggu berlalu, seharusnya
Lucas kembali ke apartemen tepat jam !! malam. Karma sudah memperhitungkannya.
Namun, hingga pagi menjelang, Lucas tidak pernah datang. Dan hari-hari
berikutnya. Tidak ada kabar yang pasti, handphone mati, bahkan keluarganya pun
tidak tahu. Lucas seakan hilang di telan bumi. Karma berusaha mencari namun
gagal. Tidak ada yang tahu dimana keberadaan Lucas. Seharusnya dia melaporkan
Lucas sebagai orang hilang ke kepolisian, tapi dia urungkan niatnya. Apa yang
mau dia katakan kepada mereka? Bahwa dia dan orang yang hilang itu sebagai
sepasang kekasih? Hanya akan menjadi lelucon konyol saja. Semenjak itu, karma
hanya berpikir mungkin Lucas bertemu seseorang yang lebih baik darinya. Tentu,
banyak yang lebih baik darinya. Dan Lucas pun memang sangat menarik. Kulitnya
yang putih bersih, tinggi semampai, hidung yang lancung layaknya hasil operasi
plastik. Dan jangan lupakan bulu halisnya yang tebal dan terbentuk sempurna
serta matanya yang tajam bak mata elang. Siapa pun akan meleleh jika melihat
paras sempurna itu.
***
‘’Jadi apa yang akan kita
lakukan paman?’’ tanya seorang pria muda kepada seorang pria setengah baya di
hadapannya. Mereka tengah menikmati purnama di balkon hotel di lantai 12 sambil
menegak whisky.
‘’Kita harus kembali kesana,
nak. Namun kita perlu kotak itu untuk menuju kesana. Paman rasa, mereka akan
datang kesini. Kamu harus siap melawan mereka,’’ ujar pria yang di panggil
paman itu.
‘’jadi, satu-satunya cara hanya
dengan menggunakan kotak teleportasi itu? Lalu bagaimana paman bisa kemari
tanpa kotak itu?’’ tanya pria muda itu lagi.
‘’paman hanya menggunakannya,
tidak membawanya. Jika paman membawanya, ratu akan curiga. Menurut informasi
terakhir yang paman dapatkan, Aurora sudah menguasai kerajaan. Dan ini mungkin
sudah ditakdirkan, kamu harus kembali kesana dan merebut kembali kerajaan
kita,’’ Pria muda itu mengangguk saja.
‘’Aku tidak mengerti paman,
kenapa aku harus berada disini, kenapa aku harus diasingkan? Aku ingin tahu
paman,’’ kata pria muda itu,mendesak.
‘’jika waktunya tiba, kamu akan
mendapatkan penjelasannya,’’ pria muda itu hanya mengangguk saja. Dia tahu,
orang yang di panggil paman nya itu tidak akan memberinya jawaban, seperti
pertanyaan yang sama yang dia tanyakan pertama kalinya, 15 tahun yang lalu. Pria
muda itu menghela nafasnya. Menatap langit penuh dengan taburan bintang serta
cahaya purnama yang menerangi malam.
‘’Baast, kita harus berangkat
besok pagi, siapkan dirimu. Mungkin kita akan bertemu musuh,’’ kata pria yang
di panggil paman. Baast, pria muda di sampingnya hanya mengangguk. Dalam
pikirannya dia hanya ingin jawaban yang jelas. Semua di luar nalarnya. Keanehan
yang mulai dia rasakan ketika tubuhnya berubah. Paman hanya menjelaskan
darimana dia berasal, tapi belum tahu
alasannya kenapa dia dibawa ke bumi.
Whisky semakin merajai otak.
Rasa mabuk semakin menekan pikiran Baast. Dia tidak ingin memikirkan itu, namun
seperti ada bisikan yang mempertanyakan dirinya sendiri. Paman hanya
memperhatikan Baast dari dalam ruang lalu merebahkan badannya di sofa. Tidur.
Sedangkan Baast, menegak whiskynya hingga dia pun tak ingat lagi, apakah dia
masih terjaga, atau sudak terlelap. Hanya matahari pagi yang menjawabnya,
ketika dia terbangun dan masih berada disana. Baast segera masuk ke dalam, dan
menemukan paman sudah bersiap-siap. Mereka pergi menuju bandara.
***
Bandara Ngurah Rai, pukul 11.45
waktu bali. Baast dan pamannya tiba disana. Mereka lalu pergi menuju sebuah
villa di daerah bukit dengan taksi. Ada kegalauan dalam hati Baast. Dia seperti
merasa kehilangan dan merasa kembali. Ada sesuatu yang hilang dan ingin dia
temukan kembali disini. Mereka tiba di tempat yang dituju, sebuah villa di tepi
bukit. Dibangun mengarah samudera Hindia nan luas. Sebuah tempat yang eksotis
dan romantis. Baast terkenang akan seseorang yang tak ingin dia lupakan namun
harus. Seseorang yang dia cintai.
Malam menjelang, baast
memutuskan untuk keluar dari villa dan mencari makan di luar,sedangkan paman
cukup merasa kenyang dengan buah-buahan yang disediakan pemilik villa dalam
kulkas. Baast memilih sebuah restoran yang pernah dia kunjungi. Tempat itu tidak terlalu ramai, hanya
sebagian meja terisi oleh turis-turis asing. Baast memilih meja di sudut
ruangan, agar dia bisa memperhatikan seantero ruangan. Kenangan masa lalunya
muncul. Disinilah dia merayakan hari jadi pertamanya bersama kekasih tercinta.
Hanya Tiramisu kecil berlilin tunggal yang dijadikan simbol waktu itu, lalu
memesan sebotol red wine Chateu Monlot Capet dari Prancis. Sebuah perayaan
kecil nan mewah, berakhir dengan tagihan yang bikin dompet menderita.
Lamunan Baast dibuyarkan oleh kedatangan pelayan wanita. Baast
memperhatikan buku menu lagi,lalu matanya tertuju pada red wine itu, dia
memutuskan untuk memesan atu gelas red wine serta Chicken Gordon Bleu sebagai
menu makan malamnya. Si pelayan menyebut ulang pesanan Baast lalu Baast
mengangguk pelan dan si pelayan pun pergi meninggalkannya setelah itu. Tak
berapa lama, red wine pun tiba, Baast menghirup aromanya terlebih dahulu, lalu
meneguknya sedikit. Setelah itu dia memperhatikan sekeliling restoran, tertuju
pada meja di dekat panggung band dimana dia dulu merayakan hari jadi hubungan
dia dengan kekasihnya. Baast merasa terenyuh, dia menikmati red wine nya sambil
memperhatikan meja itu. Satu gelas habis, dia memesan lagi, kali ini bersamaan
dengan makanannya. Baast belum menyentuh makanannya, dia terlena oleh red wine
yang sudah berada di otaknya, membuatnya merasa relax dan ringan. Kadar alkohol
yang tidak terlalu keras membuat suasana semakin nyaman, dia tersenyum sendiri.
Kini, meja itu di tempati oleh dua orang pria. Baast tersadar lalu memalingkan
pandangannya ke arah makanannya. Dia akhirnya menyentuh makanan
pesanannya,pisau di kanan, garpu di kiri. Dia mengiris tipis, daging ayam
bertaburan keju yang meleleh di atasnya. Menyantapnya pelan-pelan. Ingin
pandangannya dia tujukan ke meja itu,namun dia urungkan. Dia habiskan setengah
porsi makanannya, menegak habis red winenya, perasaannya semakin galau. Dia
membayangkan dirinya berada disana, di meja itu bersama kekasihnya. Seorang
wanita,membawa gitar, naik ke panggung, dia duduk di atas sebuah kursi yang
sudah di sediakan, menopang gitarnya lalu mulai memainkan sebuah lagi. Ya,
Baast ingat sekali lagu itu, Shania Twain ‘’you’re still the one’’, menyegarkan
ingatannya kembali pada wajah kekasihnya. Kekasihnya suka dengan lagu itu, dia
berniat untuk mendekati panggung, paling tidak duduk di dekat sana agar
kenangan itu semakin jelas terasa. Langkahnya agak goyah, pengaruh red wine
yang menjajah otak. Setibanya di meja itu dia berhenti di belakang seseorang
yang tadi menduduki meja itu.
‘’Permisi, bolehkah saya
bergabung sebentar disini?’’ kata Baast pada pria yang duduk membelakangi
dirinya. Pria satu lagi yang duduk di seberang meja hanya tersenyum, pria yang membelakanginya berbalik menoleh
tapi apa yang terjadi, pria itu terkejut bukan main.
‘’LUCAS!!!!’’ seru pria itu
yang ternyata adalah Karma dan pria di seberang mejanya adalah Moa.
To be continue....