Jumat, 09 Desember 2011

Chapter 2 : Merman


   
      Dia bukan se ekor ikan, bukan pula manusia. Dia adalah bentuk perpaduan. Manusia ikan, mermaid, manusia duyung. Wujud dari pusar ke atasnya adalah sosok pria dengan bentuk badan sempurna, dada bidang, perut berbata-bata. Kulitnya coklat terang,wajahnya tampan. Rambutnya coklat pekat, ikal, basah. Dia terkapar di sisi pantai. Terbawa ombak yang menggiringnya dari samudera sana.
     
      Hari belum juga pagi, seorang nelayan baru kembali dari laut. Hanya dia yang menemukan sosok itu aneh itu. Dia ingin berteriak tapi dia urungkan. Dia melihat manusia ikan itu menggerakan ekornya. Dia tersadar. Si nelayan segera menghampiri manusia ikan itu. Dia perhatikan dari ujung ekor hingga ujung kepala. Dia merasa aneh pun kasihan. Si manusia ikan membuka matanya. Dia bangkit meski pandangannya masih nanar. Si nelayan segera menjauh. Manusia ikan itu memegangi kepalanya. Dia merasa sakit di bagian sana. Dia Nampak menahan rasa nyeri itu, terlihat dari mimik mukanya yang meringis. Tak lama kemudian dia merasa nyaman. Dia kibas-kibaskan bagian bawah tubuhnya. Dalam sekejap, bagian itu berubah menjadi sepasang kaki,jenjang,kokoh lengkap dengan kelaminnya. Dia berdiri, berjalan ke arah si nelayan. Nelayan itu hanya berdiri kaku, menatap pandangan manusia ikan itu. Manusia ikan itu lalu mengedipkan matanya, mengeluarkan sebuah gelombang tipis berwarna abu-abu mengenai nelayan itu, dan seketika itu pula, si nelayan berubah menjadi batu berwarna abu-abu. Manusia ikan itu meniup tubuh nelayan yang telah membatu itu, seperti layaknya debu, perlahan-lahan tubuh batu nelayan itu hilang menjadi serpihan debu tertiup angin. Hilang tanpa bekas.
***
Is it too soon to love you
Why do I believe it’s perfect
Could it be I’m scare to take a chance
Thinking we are moving fast
And I don’t know where we stand
I don’t know where we stand
       
      Intro lagu dari Faith Evans itu menggugah perasaan Selma. Dia tengah berada dalam posisi yang membingungkan, dia ragu, takut sekaligus penasaran. Apakah laki-laki itu ada perasaan padanya. Sedangkan dia pun masih bingung dengan perasaannya sendiri. Dia suka Regal, lelaki yang baru dia temui beberapa minggu lalu di kafe itu. Selma adalah pelanggan disana. Setiap weekend, dia selalu mengunjungi kafe itu untuk menyaksikan pertunjukan live band disana. Dan lagu itu pun berkumandang. Mengingatkannya kembali pada sosok gagah seorang pria yang mengaku bernama Regal. Berasal dari Puerto rico dan sedang  melakukan bisnis disini. Ah, cinta sebatas airport, begitulah keraguan Aisha setiap dia bertemu dengan laki-laki asing dari belahan bumi lain. Tapi rasa itu sangat kuat melekat di hatinya. Setiap kali mereka berjumpa, selalu ada yang di bicarakan. Suasana akan sangat hangat jika Regal ada disana. Dan hanya sampai disitu saja. Tidak ada ajakan untuk mengantar pulang atau sekedar basa-basi makan malam. Dan malam ini adalah kali ketiga mereka berjumpa.
       ‘’hey,Regal. How you doing today?’’ yang ditanya ngangguk-ngangguk senyum tanpa berkata. Dia menghampiri Aisha yang duduk di depan bar,menarik kursi lalu duduk dekat Selma. Bartender menghampiri di balik bar dan regal pun memesan segelas martini kesukaannya. Regal menawari Selma minum namun Selma menolak karena masih memiliki segelas penuh Gin Tonic di tangannya.
       ‘’Good. How about you?’’ kata Regal balik tanya.
      ‘’I’m good. Always. Tell me something….what is your favorite song?”
      ‘’hmmm, I don’t know. I just love this place. They playing great song,’’
      ‘’but you must have one that you like most,’’
      ‘’yeah, I like the one that man sang last week. I don’t know the title, he may sing it tonight and I’ll tell you if that one comes,’’
      ‘’I’m curious…..’’ kata Selma dengan senyum sedikit nakal. Jelas sekali Selma sangat tertarik pada pria asing ini. Dia tampak menghindari kontak mata dengan Regal. Pandangannya terus tertuju ke arah panggung dimana teman-temannya tengah menghibur pengunjung kafe.
      ‘’what about you? What yours?’’ Tanya Regal. Selma tertegun sejenak. Dia gugup, setiap pertanyaan Regal terdengar ajakan baginya. Ajakan untuk bercinta, bercumbu. Tanpa disadari Aisha tersenyum sendiri.
      ‘’Selma…??’’ kata Segal lagi. Selma tersadar, dia terlihat tambah gugup. pria ini tidak punya sense kali ya. Aku ingin kamu. Kamu laguku, kamu nyanyian malamku. Kamu….kamu…..
      ‘’I like most of them song,’’ jawab Selma sekenanya.
      ‘’ok…’’timpal regal sambil meneguk martininya.
    
       Jam masih menunjukan pukul 9.23 malam. Masih pagi untuk melanjutkan pesta malam minggu. Tapi Selma sudah malas. Dia sudah lelah mengincar lelaki itu, tidak punya respon sama sekali. Padahal dia sudah terhipnotis oleh mata hijaunya, rambut ikalnya, kulit coklatnya, bibir merahnya,dirinya. Gelas ketiga sudah membuat Selma oleng,sedikit mabuk dan lebih banyak bicara lagi. Dia tidak lagi gugup seperti gelas pertama. Regal pun demikian. Namun akal sehat aisha masih jalan. Perbincangan ini tidak akan berlanjut kemana-mana. Dia pun mengakhiri dan pamit pulang Regal hanya mengangguk tanpa member respon apa pun. Sialan, sudah cukup aku menyukai kamu. Tidak  ada tanggapan sama sekali. Hufh. Gerutu Selma sambil berlalu keluar kafe.
     
       Dia berdiri di pinggir jalan,menanti taksi yang lewat. Satu dua taksi lewat tapi nampaknya malam minggu akan sulit untuk mendapatkan taksi. Hampir semua wisatawan menggunakan jasa taksi untuk berpergian,yang lain menggunakan sepeda motor sewaan dan aisha harus bersaing dengan mereka. Aisha memutuskan untuk berjalan sambil menunggu taksi yang kosong, jalanan macet jadi Selma pasrah saja. Tak terasa dia sampai juga ke pantai.
     
        Rasa mabuk yang membawanya terus melangkah di pesisir pantai, menjauhi kerlip cahaya hingar bingar pantai . dia menemui sebuah aliran delta kecil. Menghentikan langkahnya dan menyadarkannya, bahwa dia telah jauh melangkah. Sial. Gerutunya sambil berbalik ke arah dia datang. Gelap disana. Selma menghela nafasnya lalu berjalan menuju cahaya di ujung sana. Dia masih bisa melihat lampu-lampu jala raya meski dia tahu itu jauh sekali. Sunyi. Dia tidak menyadari kabut tipis menyelimuti kakinya. Dia hanya terus berjalan karena rasa mabuk masih keras menghantam kepalanya. Lama kelamaan kabut itu meninggi, aisha baru sadar ketika pandangannya tertutupi oleh kabut yang entah datang dari mana. Aneh, sejak kapan ada kabut di pantai seperti ini?. Selma bergumam dalam hatinya. Sekejap kesadarannya pulih, atau dia sengaja mengkonsentrasikan pikirannya,sehingga pengaruh alkohol yang tadi dia minum cepat berkurang. Sunyi itu demikian mencekam. Kabut tebal semakin memekatkan pandangan. Selma benar-benar dibutakan. Dia tidak tahu arah mana yang harus dia ambil. Semua gelap,berkabut.
      
       Selma seharusnya merasa takut, karena ini adalah hal diluar kebiasaan. Kabut di pantai, pertanda buruk. Ada yang aneh. Terlebih terdengar suara-suara seperti angin mendesir,namun kabut tidak bergeming. Selma semakin waspada. Angin semakin terdengar keras, tiba-tiba….dari arah belakang Selma terdengar suara anjing menggeram….grrr!….grrrr! Selma segera berbalik arah. Tidak bisa ditunda lagi! Kata Selma, dia pun mengangkat tangannya lalu berteriak,’’ASTRO!!!’’ dan seketika angin keras menghempas dari tangan Selma, mengeluarkan cahaya kerlip biru berkekuatan listrik. Kabut pun terhempas dan benar saja, dihadapannya berdiri se ekor anjing besar hitam bermata merah, ke empat kakinya tidak tampak karena diselimuti kabut,lebih pekat lagi. Selma menghempaskan tangannya ke pasir,lalu aliran listrik mengalir ke lima arah menuju anjing hitam itu. Kabut dari kaki anjing itu kemudian menyelimuti tubuh si anjing dengan cepatnya, terlepas dari pasir dan melayang. Serangan listrik Selma tidak berhasil, kabut itu kemudian meninggi,membentuk tubuh manusia. Mulai dari kakinya, sampai ke kepala. Sekarang berdiri dihadapan aisha seorang laki-laki tinggi besar, berambut hitam, badannya berbulu namun tidak selebat anjing, wajahnya tirus dengan rahang kokoh dan kulit coklat. Sekilas wajahnya sangat tampan namun warna matanya mengerikan. Merah membara,seakan kematian berada dihadapannya. Dialah Dip, pengawal setia raja Mamentrum dunia Alloy. Alloy adalah dunia parallel selain bumi. Di dunia itu, mahluk yang hidup disana adalah mahluk campuran manusia dengan binatang. Namun wujud aslinya adalah manusia,dan hanya menyisakan sedikit wujud binatang dalam tubuhnya. Dalam hal ini, Dip menyisakan mata merahnya.
      ‘’ah, kita bertemu lagi,’’ ujar Selma .
      ‘’aku kira kau manusia, tapi aroma tubuhmu terlalu tajam untuk menjadi manusia..heh,’’ suara Dip berat dan serak,menambah kengerian dalam dirinya.
     ‘’hahhaha….kau memang anjing. Apa yang dilakukan anjing adalah mengendus. Tapi sekarang kau tak akan pernah mengendus lagi,akan ku bunuh kau disini,’’ kata Selma mantap.
      ‘’jangan terlalu yakin, aku kemari untuk membunuhmu Selma,’’ jawab Dip. Selma geram. Dia mengibaskan rambutnya, percikan emas keluar dari setiap helai rambutnya,menyelimuti tubuhnya dan melapisi tubuhnya dan sekarang Selma telah berubah menjadi wanita berambut emas dan kulit sisik emas pula,
      ‘’dengan kulitku ini,kau bahkan tak mampu untuk merobeknya,’’
      ‘’kita lihat nanti,’’ lali dip melancarkan serangan. Tangan kanannya tumbuh cakar,melesat cepat menuju perut Selma, Selma menangkisnya,kembali dip menyerang dengan cakar kirinya,Selma lebih sigap. Dia menangkap cakar kiri itu,memegang dengan kedua tangannya,lalu menarik tangan Dip dan menghempaskannya ke pasir. Dip terjatuh,namun segera bangun. Dip meloncat tinggi, Selma melihat ke atas namun Dip menghilang. Telinga Selma memang istimewa,dengan bentuk yang lebih runcing,dia peka dengan suara. Dia pun mengetahui dimana arah dip menyerang….dibelakang. benar saja, dip tiba-tiba muncul di belakang dan menyerang dengan cakarnya, dan Selma pun menyambut serangan itu. Dia menangkap kembali cakar Dip namun sekarang dia tidak lagi menghempaskan tubuh Dip. Dia menendang perut Dip hingga dip terjatuh tertelungkup. Lalu Selma melipat tangan Dip ke belakang,mengunci gerakan Dip. Dip tidak bisa berkutik.
      ‘’bagaimana Dip, apa kamu siap mati?’’ kata Selma,di dekat telinga Dip.
      ‘’jangan harap,’’ dip berteriak karena tangannya ditarik lebih kuat ke belakang.
      ‘’kita sudahi saja sekarang,’’kata Selma. Lalu mata Selma berubah biru dan Nampak aliran listrik mulai menyelimuti tubuhnya. Sebelum aliran listrik itu menyentuh Dip, suara debur ombak terdengar dari belakang,menghantam Selma dan dia pun terhempas. Dip yang tadi terkunci pun akhirnya bebas dari kematian. Selma terlihat terluka dalam, bibir emasnya terlihat mengeluarkan darah.  Dengan sedikit lemah, dia bangkit. Dia melihat sosok yang tidak asing baginya. Dialah Regal. Pria yang selama ini dikenalnya berasal dari Puerto rico.
      ‘’terkejut???’’ ucap regal dengan nada bertanya. Dia berdiri dekat dip,mengulurkan tangannya pada Dip dan Dip pun bangkit dengan bantuan regal.
      ‘’siapa kau sebenarnya?’’ Tanya Selma setengah terhuyung dari posisinya berdiri.
      ‘’aku Regal, pengawal raja Mamentrum,’’ jawab Regal.
      ‘’tak kusangka kita akan bertemu dengan cara seperti ini,’’ kata Selma menimpali.
      ‘’kau memang wanita tangguh, tak kusangka aku harus berlaku kasar padamu. Kamu terlalu cantik untuk itu,’’ ucap Regal lagi.
      ‘’aku masih mampu untuk membunuh kalian berdua,’’ kata Selma lagi.
      ‘’hahahaha, dengan lukamu itu.jangan berharap banyak,’’ Regal pun lalu beraksi. Dia menarik air laut di belakangnya dengan kedua tangannya. Air itu berkumpul sebesar bola basket di kedua tangan regal. Lalu regal menyatukan kedua tangannya dan menembakannya ke arah Selma. Selma menahan serangan itu dengan kedua telapak tangannya. Matanya kembali mengeluarkan cahaya biru, aliran listrik cepat menuju tangannya,mengenai air yang di hempaskan Regal. Listrik memenuhi air itu, hampir mengenai Regal namun cepat-cepat regal melepas air laut di tangannya sehingga aliran listrik tidak sempat menyentuh tangannya. Selma tidak menyadari, Dip sudah berada di belakangnya, menghantam tengkuk Selma dengan kerasnya. Selma pun roboh tak berdaya dan hilang kesadaran.
 ***
      
      Ini adalah dunia parallel selain bumi, bernama Alloy. Berada sejajar dengan dengan bumi namun terpisah oleh dimensi. Mahluk bumi mungkn tidak punya kemampuan untuk menembus dunia parallel, namun mahluk dari dunia Alloy punya teknologi untuk menembus dimensi parallel itu,meski pun pada awalnya ada larangan untuk itu, namun kenyataan membuat bebrapa mahluk dari dunia Alloy terpaksa hijrah ke bumi.
     
       Negeri Alloy terbagi menjadi 8 kerajaan besar, dan masing-masing kerajaan saling bekerja sama untuk menjaga kedamaian dunia. Tidak ada peperangan selama berabad-abad, karena keseimbangan para raja yang saling menghormati kadaulatan masing-masing kerajaan. Hingga pada saatnya terjadi chaos disana.
     
      Di beritakan bahwa salah satu kerajaan Alloy, Aventrum, memiliki senjata pemusnah. Hal itu diketahui oleh raja-raja lain. Para raja mempertanyakan kepada raja Aventrum, namun raja Aventrum tidak pernah mengakui hal itu. Terjadi ketegangan diantara para raja, hingga tiap kerajaan semakin waspada akan terjadinya perang. Dan, tragedy pun terjadi. Raja Aventrum ditemukan tewas terbunuh dengan luka aneh di sekujur tubuhnya. Kepemimpinan dialihkan pada ratu untuk menggantikan raja Aventrum yang telah meninggal. Dan perintah pertama dari sang ratu adalah membunuh raja-raja dari negeri lain.
     
      Perang tidak bisa dihindarkan, kekacauan di negeri Alloy membuat keseimbangan negeri itu hancur. Aventrum menjadi negeri yang kuat. Semua raja negeri Alloy ditangkap. Sang ratu belum puas, dia memerintahkan untuk membunuh setiap menteri serta panglima yang tidak mau tunduk padanya, bahkan pada puteranya sendiri Moa. Sang pangeran pun melarikan diri bersama beberapa kawannya. Moa mencuri kotak biru peninggalan ayahnya sesaat sebelum melarikan diri. Kotak itu adalah kunci dari pintu parallel. Tiap kerajaan punya masing-masing dan hanya warga dari kerajaan masing-masing yang bisa menggunakan kotak itu. Dan dalam keadaan terdesak, dia membuka kotak itu dan masuk ke puntu parallel bersama kawan-kawannya, sesaat sebelum sebuah serangan  menghantam tubuhnya dan mengacaukan arah tujuan pintu parallel itu. Moa dan kawan-kawannya terpisah dan masing-masing jatuh di tempat berbeda,di bumi….

Bersambung…..

8 komentar:

  1. lama banget sambungannya, jd agak lupa-lupa gimana githu. susah buat nyambungin yg ini, kelamaan. :(

    BalasHapus
  2. whuaaaahhh,, kereeen... serasa baca fiksi buatan luar. cuma sbg kritik aja nih. emosi para tokohnya terasa datar. Kurang di bgn penggambaran dlm emosi nya. secara alurnya udah bagus. Tapi krn penmggabrn scr emosinya kurang, jadinya alurnya terasa cepat berganti gt aja. jadi kerasa agak hambar jadinya. Tapi konsep ceritanya seru, kyk cerita luar :D

    BalasHapus
  3. @Riu : maaf riu, aku kan sibuk. ini ajah bru bsa sekarang postingnya. ya,diusahakan nanti seminggu sekali ya...
    @mia : makasie kritiknya, iya sie, saya terlalu fokus ama aksi nya,en emosi nya ga terperhatikan. thx kritiknya, chapter 3 bakal lebih yahut lagi...semoga :)

    BalasHapus
  4. Wah, awalnya kukira berlanjut kisah cinta si merman.
    Gak taunya beda lagi cerita dibawahnya toh.

    Lumayan seru juga kak, cuman deskripsinya terlalu dikit. dipanjangin lagi, biar keliatan emosi dan ekspresi dari tiap karakter.

    Lanjut nulisnya ya kak! semangat! :D

    BalasHapus
  5. @yudis: terima kasih yudis, iya nih,gara2 deadline jadi terlalu cepat bikin alur. terima kasih kritiknya. chapter berikutnya semoga lebih baik lagi....

    BalasHapus
  6. Dari awal sudah mulai serius bacanya.. Sepertinya seru ceritanya, namun pas Intro lagu dari Faith Evans suasana berubah 180derajat mataku langsung bingung. Tapi keren kok, perpaduan banyak cerita. Salam kenal ya.

    BalasHapus
  7. berasa jadi Selma... :D

    seruuuu
    dialognya terlalu sedikit Dian, hehehe

    BalasHapus
  8. @ herry : terima kasih sudah berkomen disini, ya, kebetulan saya sedang mendengarkan lagu itu dan ada ide tiba2 memasukannya kesana, biar lebih ke suasana kafe nya saja. terima kasih telah menyimaknya....
    @ shifa : saya lemah di dialog, tapi saya berusaha untuk lebih banyak lagi dialog di chapter2 berikutnya. teria kasih sudah berkomentar

    BalasHapus