Hai, kris balik lagi negh dengan sebuah persembahan. Ini cerbung kris yang pertama. Mohon responnya,biar semangat nerusinnya,hahaha. Ini dia ANI-MEN untuk kalian yang kris sayangi.
Chapter 1 : Hurtful dove
Dia berjalan gontai di hangatnya pantai kuta. Sesekali, ombak menghampiri lelaki itu. Berusaha menyentuh kakinya yang telanjang. Tapi karma tidak peduli apakah ombak itu mengenainya atau hanya mengecup tumitnya saja. Rasanya sudah hilang. Hilang bersama kenangan manis yang tersapu ombak. Dia hanya mengenang saja, karena hanya itu yang tersisa. Dia pergi bersama lelaki lain.
Matahari hampir tenggelam, dan dia masih terduduk di hadapan sang surya yang tengah membenamkan diri di luasnya samudera hindia. Cantik sekali. Para wisatawan yang entah datang dari mana sibuk mengabadikan momen indah itu. Ada yang berfoto, ada yang mengambil rekaman video atau sekedar menulisnya dalam catatan kecil. Karma sendiri yang tidak menghiraukan keindahan itu. Sudut matanya membasah, dia berusaha menahannya, namun gejolak di dalam dirinya lebih kuat. Semakin banyak air mata keluar dan dia pun akhirnya menyembunyikan wajahnya yang putih pucat di balik kedua lengannya, menelungkup dan menangis sepuasnya.
Aku tidak menyangka sama sekali, kamu datang mengincar hatiku lalu lari. Meninggalkanku tanpa penjelasan, kenapa. Kamu bahkan sengaja menunjukannya padaku. Lari dengannya dan aku tertinggal disini dengan hati yang luka. Aku sayang kamu, tapi kenapa???
Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang. Aku ingin kamu kembali. Katakan apa yang kamu mau. Aku akan lakukan apa pun agar kamu kembali. Kamu harus tahu itu. Aku masih dan akan selalu cinta kamu.
Karma terisak dan suasana sudah gelap sekarang. Dia pun memutuskan untuk pergi dari kenangan manis itu. Kenangan dimana pertama kalinya dia menyentuh jari sang kekasih, setahun yang lalu. Ikrar cinta yang disaksikan deru ombak dan megahnya matahari. Semua sudah berakhir. Tak ada lagi cinta, tak ada lagi kenangan manis,yang ada tinggal Karma sendiri dengan luka menganga di hatinya. Dia berjalan ke arah timur, menuju pelataran parkir. Tanpa disadarinya, sesuatu yang cepat menabrak dahinya dari arah atas. Kontan Karma tidak mampu menghindarinya. Dia terjengkal ke belakang, jatuh terlentang. Beberapa detik kemudian dia baru mampu menguasai dirinya. Dia mencari apa gerangan yang telah menubruk dahinya sekeras itu. Dia perhatikan sekeliling, tidak ada orang yang bisa dijadikan tersangka. Dia memperhatikan sekitarnya lebih detil. Tak jauh dari tempatnya terjengkal, dia meihat sosok putih bergerak lemah. Se ekor merpati terlihat berusaha mengepakan sayapnya,namun gagal. Karma menghampiri merpati putih itu. Dia perhatikan sejenak untuk memastikan jika itu memang se ekor merpati. Dan ya, jelas sekali itu adalah merpati yang sayapnya terluka. Terlihat dari darah yang mewarnai sayap kiri sang merpati. Karma berpikir sejenak lalu memutuskan untuk membawa merpati itu pulang. Dia tidak tahu apa yang akan dia lakukan tapi dia hanya melihat merpati itu masih hidup dan perlu perawatan. Merpati itu bergerak-gerak lemah lalu diam setelah Karma memeluknya dengan hati-hati.
Karma memacu mobilnya dengan hati-hati. Sesekali dia menoleh ke arah merpati yang dia letakan di kursi di sampingnya. Dia melihat merpati itu masih bernafas. Karma pun lega. 30 menit kemudian, karma sudah tiba di apartemennya. Apartemennya berada di lantai tiga. Setibanya disana, segera dia menyiapkan kotak p3k. dia menuangkan alkohol 70% pada kapas lalu membersihkan luka-luka serta darah di bulu dan tubuh merpati itu. Si merpati menggelinjanng dan seakan nampak mengerang kesakitan, tapi Karma terus melakukannya. Setelah bersih, dia memberikan cairan iodine di atas lukanya lalu membalutnya dengan perban. Dengan telaten dan hati-hati dia membalut luka merpati itu. Setelah selesai, Karma meletakan merpati itu di atas bantal yang biasa di gunakan kekasihnya. Tak ada gunanya juga menyimpan bantal itu. Dia tak akan kembali . begitu pikir karma. Dia pun meletakan bantalnya di sisi tempat tidur tempat biasanya sang kekasih berbaring. Si merpati terlihat tenang sekarang. Matanya menutup dan nafasnya teratur. Karma memperhatikan merpati itu sampai dia pun tertidur. Karma dan merpati itu berbagi ranjang sekarang, karma seakan lupa pada perihnya luka yang dia miliki, melihat merpati itu tertidur dengan tenang.
Jam 11 siang, waktu yang telat untuk berangkat kerja, karma pikir. Dia masih menatap merpati yang terkulai lemas di atas bantal di sampingnya. Merpati itu terlihat menggerakan tubuhnya, sayapnya. Dia berusaha mengembangkan sayapnya namun gagal. Karma menjulurkan tangan kirinya, mengembangkan jemarinya lalu mengelus-elus kepala merpati itu. Dan merpati itu kembali tenang.
‘’Kamu masih sakit, jangan banyak gerak dulu yah. Kamu pasti haus, sebentar aku ambilkan air ya,’’
Lalu karma bangkit,keluar kamarnya. Tak lama dia kembali dengan semangkok air di tangannya. Dia tidak mengerti bagaimana menyuapi se ekor burung, lalu dia ber-inisiatif untuk meneteskan air itu ke mulut merpati itu. Satu dua tetes berhasil masuk ke mulut merpati itu. Dia begitu menikmati tiap tetes yang dijatuhkan karma ke mulutnya. Merpati itu kemudian bergerak agak kuat. Air yang diberikan Karma membuatnya merasa segar. Karma tersenyum melihatnya.
‘’Hey, kamu sudah segar sekarang. Tapi, jangan banyak gerak dulu. Lukamu masih belum sembuh. Kau makan ya,’’
Karma menyodorkan remah-remah biskuit coklat diatas telapak tangannya. Merpati itu pun memakan remahan biskuit itu. Hampir setengah dari remahan itu masuk ke perut merpati itu. Dan dia pun berhenti. Dia merasa kenyang mungkin. Lalu karma kembali meneteskan air ke mulut merpati itu. Lagi dan lagi.
‘’Mudah juga merawat burung. Kamu sudah kenyang ya. Sekarang istirahat sampai lukamu sembuh,’’
Ujar Karma seraya menarik kain menutupi tubuh merpati itu. Merpati itu pun diam saja. Dia napak bernafas dengan teratur, berusaha melelapkan diri.
Tuuuut! Tuuuuut! (suara telepon diangkat)
‘’Jenny’s skincare,my I help you,’’ sura perempuan terdengar di seberang sana.
‘’hey, Metha, ini aku Karma. Sori aku ga bisa masuk hari ini,’’
“kenapa lu?’’
‘’sakit, aku baru bangun nih,’’
‘’ok deh, tapi jangan lupa surat keterangan dokternya. Nanti kena es pe lho. Udah tiga kali kamu mangkir gawe tanpa alasan.,’’
‘’iya iya, cerewet,’’
‘’eh, kamu baik-baik aja kan?’’
‘’ya, aku baik. Kenapa?’’
‘’jangan pura-pura deh, aku tau kamu baru putus ama si..siapa itu…sudahlah, bagus kalo kamu baik-baik aja. Ada telpon masuk. I’ll hung you up’’
Tuuuuuuuuuuuut!!!!!
Suara itu menutup perbincangan Karma dengan rekan kerjanya. Untuk sementara karma tertegun, dia ingat kembali kejadian itu. Kekasih tercinta, lari dengan laki-laki lain. Tanpa alasan, tanpa pemberitahuan, hanya di putus sepihak. Tapi nampaknya dia tidak peduli lagi. Dia kembali ke kamarnya untuk melihat merpati itu. Di atas bantal sana merpati itu Nampak tertidur.
***
Hari ini Karma berencana untuk membiasakan diri melakukan rutinitas,sendiri. Sulit memang, ketika kamu terbiasa melakukan rutinitas itu berdua bersama si dia. Bayangkan saja, kamu biasa berada depan meja makan dengan piring kosong, lalu dia menuangkan sup kacang merah panas nan lezat kesukaanmu. Sekarang kamu tidak punya petunjuk apa itu kacang merah. Lalu kamu sibuk mencari dimana letak sepatumu tersimpan karena dia yang rapi menyimpannya di tempatnya. Kamu belum mengambil laundry pakaianmu, dan dimana tempat laundry itu??? Dan lain sebagainya. No, kamu tidak akan terbiasa melakukan ini sendirian. SIALAN. Gumam karma seketika. Dia terduduk di depan sofa, yang sialnya masih terbiasa duduk disini kiri,karena disisi kanan selalu dia yang menempati. Dia berpikir sejenak, lalu bangkit dan meraih kunci mobil serta dompetnya.
Dia mengendarai mobilnya,berkeliling kota mencari toko makanan burung. Setelah mendapatkannya, hari sudah siang. Dia lalu pergi menuju restaurant tempat favoritnya, Café Steak. Jam menunjukan pukul 11.36 dan kafe itu belum penuh di pengunjung. Karma masuk kesana lalu duduk di sudut kafe. Seorang karyawan menghampiri dengan membawa buku menu.
‘’selamat siang,kak. Tumben sendirian, pacarnya mana?’’ karma baru sadar kalau dia datang sendiri. Dia tersenyum lalu menjawab sekenanya.
‘’dia kerja,’’ pelayan tu hanya bereaksi sedikit. Lalu dia menyerahkan buku menu sambil berkata,
‘’ Kita punya menu spasial hari ini, steak tuna--’’ Belum selesai pelayan itu menyebutkan menu spesialnya, karma sudah menyela.
‘’aku minta yang biasa aja,’’
‘’ooh,ok. Sirloin steak with brown sauce welldone dan watermelon juice,’’ karma mengangguk. Si pelayan beranjak pergi tapi karma memanggilnya kembali.
‘’Andi!!!’’
‘’ya, ada apa kak?’’
‘’bisa kamu bawakan saya rokok mild serta korek apinya?’’
‘’kakak merokok lagi?’’
‘’lagi pengen aja, ‘’
‘’ok’’ kata pelayan bernama Andi dengan mimic heran. Andi menyerahkan orderan ke bar lalu kembali ke meja karma membawakan sebungkus rokok putih serta korek apinya. Lalu dia duduk si samping karma.
‘’ada masalah ya kak?’’
‘’ga ada, emang kenapa?’’
‘’2 taun lho kakak berenti merokok. Koq sekarang merokok lagi. Pasti ada sesuatu ya kak,’’
‘’ah, kamu ini sok tau aja. Ga ada apa dek,’’
‘’ya, kalo kakak ada masalah,kakak boleh sharing ma Andi. Cerita ajah, siapa tau masalahnya bisa selesai,’’ Andi berkata seperti itu sambil meninggalkan karma. Dan 15 menit kemudian pesanan tiba. Karma malas-malas menikmati steak itu, padahal biasanya dia bahkan tidak akan berbagi dengan siapa pun kalau soal steak. Andi memperhatikan dari jauh dan dia pun mengerti, ada masalah dalam pikiran karma.
Karma kembali ke apartemennya. Hal pertama yang dia lakukan adalah melihat merpati itu di kamarnya. Dia baru merasa lega setelah melihat merpati itu ada disana, terbangun namun lemas. Segera karma menyuapi merpati itu dengan makanan burung yang baru di belinya. Aneh, merpati itu enggal memakan makanan burung itu.
‘’kenapa,kamu ga suka makanan ini? Hmmm, kamu mau biskuit lagi?’’ kata Karma sambil menatap kepala merpati itu. Merpati itu diam saja. Karma pergi ke dapur, mengambil biskuit coklat yang dia berikan pada merpati itu kemarin. Dia hancurkan biskuit itu lalu menaruhnya kembali di telapak tangannya dan siap menyuapi merpati itu. Dan,memang benar saja. Merpati itu sangat suka pada biskuit itu ketimbang makanan burung yang di beli Karma. Setelah biskuit itu habis, lalu kembali Karma memberinya tetes –tetes air di atas paruhnya dan megelus-elus kepala merpati itu.
Merpati itu menyita perhatian Karma untuk tiga hari ini. Setiap jam istirahat dia menyempatkan diri menengok merpati itu di apartemennya, menyuapinya makanan lalu dia pergi makan siang. Dan sepulang kerja pun dia tidak pergi kemana-mana. Dia di rumah, menonton tivi ditemani merpati yang kiranya lukanya sudah kering dan hampir sembuh. Tak ada kesedihan Nampak di wajah Karma. Dia kembali. Luka di hatinya telah sembuh.
***
Hujan besar. Bahkan disempurnakan dengan mati lampu. Karma sudah terlelap. Diantara kegelapan itu, dari tubuh merpati itu terpancar setitik cahaya. Lama kelamaan, cahaya itu membesar dan membesar hingga seperti menelan tubuh merpati itu, atau merpati itu berubah menjadi cahaya?. Cahaya itu menggelinding jatuh dari ranjang. Karma terbangun, dia tak kuasa menatap silaunya cahaya di hadapannya. Dia terbangun sambil menyembunyikan matanya. Perlahan dia melihat bayangan di balik cahaya yang sekarang sudah setinggi 2 meter. Cahaya itu perlahan meredup, menyusut lalu membentuk suatu imej tubuh, tubuh seorang pria yang sekarang semakin jelas. Cahaya itu sudah hilang berganti dengan sesosok pria, tegap, berkulit putih, berwajah tampan bak malaikat dengan mata birunya serta rambutnya yang pendek ke emasan. Dan, pria itu mempunyai kejutan lain. Dia memiliki sayap besar di punggungnya, putih dan kokoh,mengembang selebar dua meter. Karma hanya bisa menganga menyaksikan ini semua, lalu dia pun jatuh pingsan.
Bersambung…….